"SELAMAT BERGABUNG" SILAHKAN LIHAT DAN BACA!!!!!!

IKUT GABUNG YUK!! MARI KITA BERBAGI ^_^

Minggu, 04 Maret 2012

Komunikasi Terapeutik

2.4. Pengertian Komunikasi
Taylor, dkk (1993) menyatakan bahwa komunikasi adalah merupkan proses pertukaran inforrmasi atau proses yang menimbulkan dan meneruskan makna atau arti.
Komunikasi adalah proses pertukaran informasi atau meneruskan makna atau arti. (Musliha dan Siti Fatmawati : 2009).
Tappen (1995) mendefinisika bahwa komunikasi adalah suatu pertukan pikiran, perasaan, pendapat dan pemberian nasihat yang terjadi anatara dua orang atau lebih yang bekerja sama.
Harorld koont dan CYRIL o’Donell mengemukakan penngertian komunikasi adalah pemindahan informasi dari satu orang ke orang lain terlepas percaya atau tidak.
Wiliam Albig mendefinisikan komunikasi adalah proses pengoperasian lambing-lambang yang mengandung pengertian antara individu-individu.
Menurut Dole Yoder dkk kata communication berasal dari sumber yang sama seperti common yang berarti bersama, bersama-sama dalam membagi ide. Apabila seseorang berbicara, orang lainnya mendengarkan.
Dari uraian di atas dapat disimpukan bahwa komunikasi adalah :
1. Komunikasi dilakukan oleh dua orang atau lebih
2. Komunikasi merupakan pembagian ide, pikiran, fakta, pendapat
3. Komunikasi melalui lambing-lambang yang harus dimengerti oleh yang melakukan komunikasi.
Oxford dictionary, 1956 menjelaskan komunikasi adalh pengiriman atau tukar-menukar informasi ide dan sebagainya.
Human relation at work, Keth Davis menyebutkan komunikasi adalah proses lewatnya informasi dan pengertian seseorang ke orang lain.
Sedangkan Drs. Onong Uchjana Effendy, MA menyebutkan komunikasi mencakup ekspresi wajah, sikap, gerak-gerik suara, kata-kata tertulis, percetakan, kereta apil, telegraf, telepon, dan lain-lain

2.4.2. Komponen Komunikasi
Menurut Potter dan Perry (1993) komunikasi mempunyai 6 komponen yaitu :
1. Komunikator : Penyampai informmasi atau sumber informasi
2. Komunikan : penerima informasi, memberi respon terhadap stimulus yang disampaikan komunikator.
3. Pesan : gagasan atau pendapat, informasi atau stimulus yang disampaikan.
4. Media Komunikasi: Saluran yang dipakai untuk menyampaikan pesan
5. Kegiatan “Encoding” : Perumusan pesan oleh komunikator sebelum disampaikan kepada komunikan.
6. Kegiatan “Decoding” : Penafsiran pesan oleh komunikan pada saat meneria pesan.

Menurut Karyowo, 1994, komponen komunikasi terdiri dari :
1. Komunikator (Pembawa Berita)
Bisa individu, keluarga maupun kelompok yang mengambil inisiatif dalam menyelenggarakan komunikasi dengan individu atau kelompok lain yang menjadi sasarannya.
2. Message (pesan atau berita)
Berita yang disampaikan oleh komunikator melalui lambing-lambang, pembicaraan, gerakan, dan sebagainya.
3. Channel (media atau sarana)
Saran tempat berlakunya lambing-lambang. Salauran tersebut meliputi :
- Pendengaran (lambing berupa pesan)
- Penglihatan (lambing berupa sinar, pantulan sinar, dan gambar)
- Penciuman ( lambing-lambang yang berupa rangsangan bau-bauan)
- Rabaan (lambing-lambang yang berupa rangsangan rabaan)
4. Komunikan (penerima pesan)
5. Feed back (umpan balik atau tanggapan).

2.4.3. Bentuk komunikasi
2.4.3.1. Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal menggunakan kata yang ditulis ataupun diucapkan. Bahasa verbal merupakan kode yang menyampaikan arti spesifik melalui kombinasi kata. Komunikasi verbal karakteristik jelas dan ringkas. Perbendaharaan kata mudah dimengerti, mempunyai arti denotative dan konotatif, intonasi mampu mempengaruhi isi pesan, kecepatan bicara yang memiliki tempo dan jeda yang tepat, serta disertaii unsure humor.
2.4.3.2. Komunikasi non Verbal
Komunikasi non verbal mencakup seluruh indera dan semua hal yang tidak melibatkan kata tertulis ataupun ucapan. Stuart dan Sudden dalam Suryani (2006) mengatakan bahwa sekitar 7% pemahaman dapat ditimbulkan karena kata-kata, sekitar 30% karena bahasa paralinguistic dan 55% karena bahasa tubuh. Komunikasi non verbal dapat disampaikan melalui beberapa cara, yaitu penampilan fisik, sikap tubuh dan cara berjalan, ekspresi wajah, dan sentuhan.

2.4.4. Tingkatan Komunikasi
- Komunikasi Intrapersonal, komunikasi intrapersonal merupakan bentuk komunikasi di dalam diri individu. Tingkat komunikasi ini dikenal juga sebagai berbicara dengan diri sendiri (self-talk), verbalisasi, dan pikiran dalam hati (Blazer Riley, 2004).
- Komunikasi interpersonal, komunikasi interpersonal merupakan interaksi antara perawat dengan pihak lain yang sering terjadi saat berhadapan langsung.
Perawat yang memiliki keahlian berkomunikasi akan mengekspresikan kepedulian dengan criteria berikut Watson, 1985):
- Sensitive terhadap dirinya dan orang lain.
- Mendukung dan menerima ekspresi dari perasaan yang positif dan negative
- Membina hubungan saling percaya (helping-trust-realetionship)
- Menanamkan rasa keyakinan dan harapan
- Mendorong pengajaran dan pembelajaran interpersonal
- Menyediakan lingkungan yang supportif
- Menggizinkan ekspresi spiritual.
- Komunikasi Transpersonal, komunikasi transpersonal merupakan interaksi yang terjadi pada wilayah spiriyual seseorang.
- Komunikasi Kelompok Kecil, Komunikasi kelompok kecil merupakn interaksi yang terjadi saat kelompok kecil individu bertemu.
- Komunikasi Publik, komunikasi public merupakan interaksi dengan pendengar. Perawat memiliki kesempatan untuk berbicara dengan sekelompok orang tentang topic kesehatan, menyajikan hasil ilmiah kepada sejawat di konferensi, atau memimpin diskusi kelas dengan teman atau siswa.

2.5. Komunikasi Terapeutik
2.5.1. Pengertian Komunikasi Terapeutik
Terapeutik merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni penyembuhan (As Horrnby dalam Intan, 2005). Maka dapat diartikan komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan dan dilakukan untuk membantu penyembuhan/pemulihan pasien. Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi professional bagi perawat.
Komunikasi terapeutik adalah komuikasi yang mendorong proses penyembuhan klien (Depkes RI, 1997).
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Indrawati, 2003 : 48).


2.5.2 Tujuan Komunikasi Terapeutik
Menurut Indrawati (2003 :48) :
- Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila klien percaya pada hal yang diperlukan.
- Mengurangi keraguan membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan mempertahankan kekuatan egonya.
- Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri.
Tujuan terapeutik akan tercapai bila perawat memiliki karakteristik sebagai berikut (Hamid, 1998) :
- Kesadaran diri
- Klarifikasi nilai
- Eksplorasi perasaan
- Kemampuan untuk menjadi model peran.
- Motivasi altruistic
- Rasa tanggung jawab dan etik.

2.5.3. Manfaat Komunikasi Terapeutik
Manfaat Komunikasi Terapeutik (Christina, dkk., 2003) adalah :
1. Mendorong dan menganjurkan kerja sama antara perawat dengan pasien melalui hubungan perawat-klien
2. Mengidentifikasi, mengungkapkan perasaan, dan mengkaji masalah dan mengevaluasi tindakan yang dilakukan oleh perawat.

2.5.4. Sikap Komunikasi Terapeutik
Egan (dalam Keliat, 1992), mengidentifikasi lima sikap atau cara untuk menghadirkan diri secara fisik yang dapat memfasilitasi komunikasi terapeutik, yaitu :
a. Berhadapan. Arti dari posisi ini adalah saya siap untuk anda.
b. Mempertahankan kontak mata pada level yang sama berarti menghargai klien dan menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi.
c. membungkuk ke arah klien;
Posisi ini menunjukkan keinginann untuk menyatakan atau mendengarkan sesuatu.
d. Memperlihatkan sikap terbuka,
Tidak melipat kaki atau tangan menunjukkan keterbukaan untuk berkomunikasi san siap membantu.
e. Tetap rileks, Tetap dapat mengendalikan keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi dalam memberikan respons kepada pasien, meskipun dalam situasi yang kurang menyenagkan.
2.5.5. Teknik-teknik Komunikasi Terapeutik
Beberapa teknik komunikasi terapeutik menurut Wilson dan Kneist (1992) serta Stuart dan Sudeen (1998) antara lain;
1. Mendengarkan dengan penuh perhatian.
Dalam hal ini perawat berusaha mangeti klien dengan cara mendengarkan apa yang disampaikan klien. Satu-satunya orang yang dapat menceritakan kepada perawat tentang kepada perawat tentang perasaan, pikiran dan persepsi klien adalah klien sendiri.
Sikap yang dibutuhkan untuk menjadi pendengar yang baik adalah : pandangan saat berbicara, tidak menyilangkan kaki dan tangan, hindari tindakan yang tidak perlu, anggukankepala jjika klien membicarakan hal-hal yang penting atau memerlukan umpan balik, condongkan tubuh kea rah lawan bicara.
Mendengar ada dua macam :
- Mendengar pasif;
Kegiatan mendengar dengan kegiatan non verbal untuk klien misalnya dengan kontak mata, menggunakan kepala dan juga keikutsertaan secara verbal.
- Mendengar aktif;
Kegiatan mendengar yang menyediakan pengetahuan bahwa kita tahu perasaan orang lain dan mengerti mengapa dia merasakan hal tersebut.
2. Menunjukkan penerimaan.
Menerima tidak berarti menyetujui. Menerima berarti bersedia untuk mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan atau ketidaksetujuan. Perawat harus waspada terhadap ekspresi wajah dan gerakan tubuh yang menyatakan tidak setuju, seperti mengerutkan kening dan menggeleng yang menyatakan tidak percaya.
Berikut adalah sikap perawat yang menyatakan penerimaan :
Mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan, memberikan umpan balik verbal yang menyatakan pengertian, memastikan bahwa isyarat non verbal cocok dengan komunikasi verbal, menghindari perdebatan, ekspresi keraguan atau usaha untuk mengubah pikiran klien.
3. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan.
Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang spesifik mengenai apa yang disampaikann oleh klien. Oleh karena itu, pertanyaan sebaiknya dikaitkan dengan topic yang dibicarakan dan gunakan kata-kata yang sesuai dengan konteks sosial budaya klien. Contoh : ”Tadi anda katakana anda memiliki 3 orang saudara, siapa yang anad rasakan palaing dekat dengan anda?”
4. Pertanyaan terbuka (Open-Ended Question)
Pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban “Ya” atau “Mungkin”, tetapi pertanyaan memerlukan jawaban yang luas, sehingga pasien dapat mengemukakan masalahnya, perasaannya dengan kata-kata sendiri, atau dapat memberikan informasi yang diperlukan.
5. Mengulang Ucapan Klien dengan menggunakan kata-kata sendiri.
Contoh :
Klien : “ Saya tidak dapat tidur, sepanjang malam saya terjaga.”
Pearawat : “ Saudara mengalami kesulitan untuk tidur …”
6. Mengklarifikasi. Klarifikasi terjadi saat perawat berusaha untuk menjelaskan dalam kata-kata, idea tau pikiran (implicit maupun eksplisit) yang tidak jelas dikatakan oleh klien. Tujuan dari teknik ini adalah untuk menyamakan pengertian. Contoh :
Perawat: “Saya tidak yakin saya mengikuti apa yang anda katakana,” atau “Apa yang anda maksudkan dengan ….?”
7. Memfokuskan.
Fokusing; Fokusing adalah kegiatan komunikasi yang dilakukan untuk membatasi area diskusi sehingga percakapan menjadi lebih spesifik dan dimengerti, Stuart & Sundeen, cit Nurjanah (2001).
8. Menyatakan hasil Observasi.
Observasi; Observasi merupakan kegiatan mengamati klien/orang lain. Observasi dilakukan apabila terdapat konflik antara verbal dan non verbal klien dan saat tingkah laku verbal dan non verbal nyata dan tidak biasa ada pada klien, Stuart & Sundeen, cit Nurjanah (2001). Observasi dilakukan sedemikian rupa sehingga klien tidak menjadi malu atau marah.
9. Menawarkan informasi; Menyediakan tambahan informasi dengan tujuan untuk mendapatkan respon lebih lanjut. Beberapa keuntungan dari menawarkan informasi adalah akan memfasilitasi komunikasi, mendorong pendidikan kesehatan, dan memfasilitasi klien untuk mengambil keputusan, Stuart & Sundeen, cit, Nurjanah, (2001). Penahanan informasi pada saat klien membutuhkan akan mengakibatkan klien tidak percaya. Hal yang tidak boleh dilakukan adalah menasehati klien pada saat memberikan informasi.
10. Diam (memelihara ketenangan); Diam dilakukan dengan tujuan mengorganisir pemikiran, memproses informasi, menunjukkan bahwa perawat bersedia untuk menunggu respon. Kediaman ini akan bermanfaat pada saat klien mengalami kesulitan untuk membagi persepsinya dengan perawat. Diam tidak dapat dilakukan dalam waktu yang lama karena akan mengakibatkan klien menjadi khawatir. Diam dapat juga diartikan sebagai mengerti, atau marah. Diam disini juga menunjukkan kesediaan seseorang untuk menanti orang lain agar punya kesempatan berpikir, meskipun begitu diam yang tidak tepat menyebabkan orang lain merasa cemas.
11. Meringkas.
Meringkas adalah pengulangan ide utama telah dikomunikasikan secara singkat. Metode ini bermanfaat untuk membantu mengingat topic yang telah dibahas sebelum meneruskan pembicaraan berikutnya.
12. Memberikan penghargaan.
Penghargaan jangan jadi beban bagi klien. Dalam arti sampai klien berusaha keras dan melakukan segalanya demi untuk mendapatkan pujian atau persetujuan atas perbuatannya.
13. Menawarkan diri
Offering Sel (menawarakan diri); Menawarkan diri adalah menyediakan diri anda tanpa respon bersyarat atau respon yang diharapkan, (Schultz & Videbeck, 1998).


14. Memberikan kesempatan pada klien untuk memulai pembiaraan.
Memberikan kesempatan kepada klien untuk berinisiatif dalam memilih topic pembicaraan. Bila klien masih ragu-ragu dan tidak pasti tentang perannya dalam interaksi, pearawat dapat menstimulusnya untuk mengambil inisiatif dan merasakan bahwa ia diharapkan untuk membuka pembicaraan. Contoh
Perawat : ”Adakah sesuatu yang ingin anda bicarakan ?” Atau
“ Apakah yang sedang anda pikirkan ?”
15. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan
Teknik ini memberikan kesempatan kepada klien untuk mengarahkan hampir seluruh pembicaraan. Teknik ini mengidentifikasikan bahwa perawat mengikuti apa yang dibicarakan dan tertarik demgan apa yang dibicarakan selanjutnya. Contoh :
Perawat : “..Terus.. “ atau” dan kemudian… “ Atau ”Coba ceritakan kepada saya tentang hal tersebut.”
16. Menempatkan Kejadian secara urutan
Mengurutkan kejadian secara teratur akan membantu keperawatan dank lien untuk melihatnya dalam suatu perspektif. Atau Placing the time in time/sequence (penempatan urutan/waktu); Melakukan klarifikasi antara waktu dan kejadian atau antara satu kejadian dengan kejadian lain. Teknik bernilai terapeutik apabila perawat dapat mengeksplorasi klien dan memahami masalah yang penting. Tehnik ini menjadi tidak terapeutik bila perawat memberikan nasehat, meyakinkan atau tidak mengakui klien. Contoh :
Perawat : “ Apakah yang terjadi sebelum dan sesudah kejadian tersebut?” Atau “Kapan kejadian tersebut terjadi?”
17. Memberikan kesempatan klien untuk menguraikan persepsinya.
Apabila perawat ingin mengerti klien, maka ia harus melihat segala sesuatunya dari pperspektif klien. Klien harus meras bebas untuk menguraikan persepsinya kepada perawat. Contoh :
Perawat : “ Coba ceritakan kepada saya bagaimana perasaan saudara saat akan dioperasi.”
18. Refleksi
Refleksi ini memberikan kesempatan kepada klien untuk mengemukakan dan menerima ide dan pearasaanya sebagai bagian dari dirinya sendiri. Dengan demikan perawat mengindikasikan bahwa pendapat klien adalah berharga dank lien mempunyai hak untuk mengemukakan pendapatnya, membuat keputusan, dan memikirkan dirinya sendiri. Contoh :
Klien : ”Apakah menurut anda saya harus mengatakan kepada dokter?”
Perawat :” Apakah menurut anda sendiri anda harus mengatakannya?”
19. Assertive: Assertive adalah kemampuan dengan secara meyakinkan dan nyaman mengekspresikan pikiran dan perasaan diri dengan tetap menghargai hak orang lain. Kemampuan asertif menurut Smith, 1992 : berbicara jelas, mampu menghadapi manipulasi pihak lain tanpa menyakiti hatinyya (berani mengatakan tidak tanpa merasa bersalah), melindungi diri dari kritik.
20. Humor; Dugan (1989) menyebutkan humor sebagai hal yang penting dalam komunikasi verbal dikarenakan: tertawa mengurangi keteganan dan rasa sakit akibat stress, serat meningkatkan keberhasilan asuhan keperawatan. Sementara Sullivan –Deane (1998) mmenyatakan bahwa humor merangasang produksi katekolamin sehingga seorang yang merasa sehat, dan hal ini akan meningkatkan toleransi nyeri, mengurangi kecemasan serta memfasilitasi relaksasi dan meningkatkan metabolism. Contoh :
Perawat : “Saya anggota PDIP lo, (Penurunan Daya Ingat Progresif).”

2.6. Unsur Komunikasi Profesional
Penampilan dan perilaku professional sangat pentinng dalam membangun kepercayaan klien dan kompetensi perawat. Perilaku professional harus menggambarkan kehangatan, kepercayaan diri, dan kompetensi. Profesional berbicara dengan suara yang jelas,nggunakan tata bahasa yang baik, mendengarkan orang lain, membantu sejawat, dan berkomunikasi secara efektif.
- Keramahan, keramahan merupakan bagian dari komunikasi professional. Untuk melatih keramahan, perawat dapat menyapa klien, mengetuk pintu sebelum masuk, dan memperkenalkan diri.
- Penggunaan nama, Pengenalan diri merupakan yang penting. Kealpaan menyebutkan nama, status (contoh : perawat terdaftar atau perawat berlisensi), atau merujuk kepada klien akan menciptakan suatu keraguan tentang interaksi, dan menyampaikan ketiadaan komitmen atau perhatian. Kontak mata dan senyuman akan menimbulkan rasa hormat.
- Dapat dipercaya, kepercayaan adalah ketergantungan pada seseorang tanpa keraguan atau pertanyaan.
- Otonomi and tanggung jawab, Otonomi adalah kemampuan untuk mengarahkan diri sendiri dan kemandirian dalam mencapai tujuan dan membantu pihak lain. Perawat professional membuat pilihan dan menerima tanggung jawab atas hasil tindakannya (Townsend, 2003)
- Asertif, Komunikasi aserttif memungkinkan perawat untuk mengekspresikan perasaan dan pikiran tanpa menuduh dan melukai orang lain (Grover, 2005).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar